Senin, 15 Oktober 2012

Tajen & Tabuh Rah


Halo halo, kali ini saya akan berbagi cerita tentang SABUNG AYAM. Kegiatan sabung ayam bisa dijumpai pada beberapa daerah di Indonesia. Di Bali, sabung ayam sebagai kegiatan hiburan dikenal dengan istilah tajen yang berasal dari kata taji yang berarti pisau kecil. Taji atau pisau kecil inilah yang nantinya akan dipasang pada kaki ayam yang akan diadu. Berbeda dengan sabung ayam di daerah lain yang biasanya hanya berperan sebagai sarana hiburan, maka sabung ayam di Bali juga berperan dalam ritual keagamaan yang dikenal dengan nama tabuh rah. Kata tabuh rah berarti meneteskan darah ke bumi yang merupakan bagian ritual bhuta yadnya sebagai simbol permohonan agar bhuta (pengaruh negatip) tidak menggangu dan manusia terhindar dari marabahaya.
 
Walau sama-sama sabung ayam, tajen dan tabuh rah memiliki perbedaan yang sangat mendasar, tajen merupakan bentuk hiburan yang lekat dengan kegiatan judi sedangkan tabuh rah adalah murni kegiatan ritual keagamaan. Kegiatan sabung ayam sebagai bentuk perjudiaan tidak dibenarkan menurut agama Hindu. Walau demikian seiring dengan perubahan kehidupan social masyarakat di Bali, tajen justru mendapat dukungan oleh berbagai kalangan masyarakat dan tabuh rah sering dimanipulasi dan dijadikan tameng untuk penyelenggaraan tajen.
 
Wacana tajen dari tahun ke tahun seolah menjadi bola liar yang oleh sebagian orang yang berkepentingan dikembangkan menjadi  isu politik untuk pertarungan kekuasaan di tingkat daerah. Bagi mereka yang pro, tajen dipandang berperan sebagai medium interaksi dan komunikasi lintas strata sosial dan tajen juga digelar dalam kaitan pembangunan kehidupan sosial ekonomi masyarakat adat.

Pada akhirnya tajen dan tabuh rah dikembangkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan walau sebenarnya mereka berada pada nilai yang berbeda. Saat ini penyelengaraan tajen biasanya akan dikaitkan dengan kegiatan tabuh rah pada odalan atau upacara di pura-pura. Tajen diselenggarakan diluar area suci pada tempat khusus dengan waktu pelaksanaan sekitar tiga hari berturut-turut. Pada beberapa tempat di Bali, kegiatannya dikoordinir oleh lembaga adat. Mereka yang datang untuk menikmati hiburan ini biasa disebut bebotoh yang berarti petaruh. Para bebotoh bisa datang dari seluruh penjuru Bali tergantung besarnya ajang tajen yang diselenggarakan. Jangan heran jika suatu saat anda berkesempatan menemukan  tajen yang gegap gempitanya melebihi gegap gempita sebuah pertandingan sepak bola.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar